Penulis = Herniwatty Moechiam
Penerbit = PT. Lini Laskar Pelangi
Tanggal terbit = April 2009
Kategori = Kisah nyata
Tema = Perjuangan seorang Ibu untuk anaknya
Tokoh = a) Catra
b) Ibu Henny, ibunda Catra
c) Bapak Wim, ayahanda Catra
d) Tantri
e) Yanno
Ringkasan =
Pada November 1989, pukul 3:10, seorang ibu melahirkan bayi laki-laki. Bayi tersebut diberi nama: Catur Putra dan panggilannya Catra. Tumbuh kembang fisik Catra tergolong normal walaupun saat bayi, Catra sering sakit. Diagnosa dokter adalah Catra alergi dan asma.
Menjelang usia 2 tahun, ibunda merasa ada yang janggal pada Catra. Catra belum bisa bicara walau banyak ocehannya yang tidak jelas. Setelah menjalani terapi wicara dan beberapa pemeriksaan, Catra dinyatakan sebagai penyandang autis. Autis adalah gangguan perilaku, yang pada saat itu masih langka cara penanganannya. Ibu Henny dan Pak Wim rajin mendiskusikan kondisi Catra ke ahlinya. Terkadang Pak Wim putus asa dan sering marah pada keluarganya. Ini karena Pak Wim belum ikhlas menerima keadaan Catra yang sulit berkomunikasi.
Hanya Ibu Henny yang sangat sayang dan gigih merawat, mendidik serta mengantar Catra ke dokter, psikiater, sekolah, dan tempat-tempat terapi. Kakak Catra ada dua orang, yaitu Tantri dan Yan. Mereka tergolong anak nakal dan terlihat seperti kecewa, karena merasa ibu hanya sayang pada adik mereka. Betapa repot dan letihnya fisik dan jiwa Ibu Henny menghadapi permasalahan yang ada. Terlebih lagi Catra sempat ditolak waktu mendaftar sekolah karena kondisinya tersebut.
Waktu terus berjalan. Dengan semangat dan tenaganya, perjuangan Bu Henny tidak sia-sia. Catra semakin pandai, mulai menyamai teman-teman sebayanya. Kondisi emosinya mulai stabil. Sejak di sekolah dasar, Catra sudah tergabung dalam orkestra karena ia pandai memainkan biola. Minatnya pada gambar-gambar arsitektur lama membaawanya ke komunitas museum. Catra juga senang melihat masjid. Teman-teman Bu Henny sesama orang tua murid yang dulu mengejek dan menjauh, kini mengakui kelebihan Catra.
Catra menyadari bahwa ibunya yang selalu mengerti dan selalu siap untuk dirinya. Kak Tantri dan Yan juga mulai membaik perilakunya. Mereka membimbing Catra saat adiknya ini memasuki masa remaja. Ibu Henny terharu dan bangga melihat perkembangan anak-anaknya.
Saat Catra lulus SMU, ia diterima di dua universitas negeri paling bagus. Universitas Gajah Mada menerimanya di fakultas arkeologi. Universitas Indonesia menerima Catra di fakultas sastra. Kebahagiaan Catra dan keluarga tak terbendung lagi. Catra lulus ujian tertulis, mengalahkan ribuan peserta. Catra memutuskan untuk kuliah di Universitas Gajah Mada. Tahun 2013 ini Catra diwisuda menjadi seorang arkeolog.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar