Penulis = Raliesta
Penerbit = PT. Gramedia Pustaka Utama
Tanggal terbit = Mei 2013
Kategori = Persahabatan
Tema = Strategi menentukan kemenangan
Tokoh = 01) Ramzi 05) Gena 09) Ditto
02) Dhani 06) Arinal 10) Ganda
03) Roem 07) Farid 11) Pak Yaser
04) Ruby 08) Ferdi 12) Pak Irfan
Ringkasan =
Pada suatu hari, ada seorang anak lelaki kelas 5 SD yang bersekolah di SD Teluk Angsan bernama Ramzi. Sejak kedua orangtuanya meninggal dunia, ia tinggal di rumah pamannya, yaitu Paman Irawan namun Ramzi selalu ditindas oleh sepupunya, yaitu Dhani. Penindasan ini terulang di sekolahnya. Awalnya, Ramzi tidak mau melakukan apapun saat ditindas, tetapi lambat laun ia mulai melawan Dhani walaupun masih kalah dalam berkelahi.
Saat di sekolah, ia berhasil mendapatkan tiga orang sahabatnya, yaitu Farid, Roem, dan Ditto namun sahabatnya bertambah lagi dengan kehadiran murid baru yaitu Gena. Walaupun bertubuh besar, Gena lebih pintar daripada mayoritas anak gemuk. Mereka berempatlah yang berusaha membantu Ramzi dalam menyingkirkan Tim Bomber yang beranggota Dhani, Ruby, Ganda, Arinal, dan Ferdi karena Tim Bomber sudah menindas siswa SD Teluk Angsan sehingga Ramzi dan sahabatnya berusaha menghentikan perilaku yang dilakukan Tim Bomber.
Akhirnya, Roem mengetahui cara mengalahkan Tim Bomber, yaitu bermain petak benteng memakai kuda lumping karena Roem yakin bahwa Tim Bomber berpostur tubuh gemuk sehingga tidak dapat berlari cepat sehingga lebih mudah ditawan. Pertandingan dimulai, tim yang berhasil memenangkan dua dari tiga pertandingan dengan skor 15 berhak memiliki Lapangan Teluk Angsan. Pada pertandingan pertama, Tim Bomber berhasil mempermalukan Ramzi dan sahabatnya namun sebelum pertandingan kedua, Ramzi dan para sahabatnya membuat strategi agar dapat mengalahkan Tim Bomber pada pertandingan kedua. Alhamdulillah, usaha Ramzi dan sahabatnya berhasil sehingga skor kedua tim menjadi satu sama.
Tetapi sebelum pertandingan terakhir, Farid mendadak sakit sehingga Ramzi dan sahabatnya mencari pengganti Farid. Pada awalnya, Ramzi dan sahabatnya bermain di rumah Gena dan terinspirasi dari adik kembar Gena, Gina. Ia sangat lincah dan memiliki kecepatan yang stabil sehingga Ramzi tertarik memilihnya walaupun Gena melarangnya karena Gina perempuan. Lalu, Ramzi meminta tolong Gina agar mau menjadi anggota timnya karena Farid sakit. Akhirnya, Gina mau menerima bujukan Ramzi.
Kemudian, pertandingan terakhir dimulai. Ini pertama kali Gina menunjukkan aksinya. Pertandingan baru dimulai, Gina sudah berhasil menaklukkan benteng Tim Bomber. Pada akhirnya, Gina bukan dianggap anak perempuan, tetapi anak laki-laki. Akhirnya, Ramzi dan pasukannya berhasil memenangi pertandingan, tetapi diwarna kecelakaan yang dialami Dhani sehingga harus dibawa ke rumah sakit.
Tenyata selain pertandingan petak benteng, diwarnai juga oleh rencana busuk pecurian surat tanah SD Teluk Angsan untuk mengambil alih sekolah dan mengubahnya menjadi pasar swalayan. Awalnya saat sedang membagikan kertas yang sudah dinilai pada anak-anak lain. Masih ada empat lembar kertas. Farid sakit, Astri izin, Rully belum ada keterangan. Ramzi heran kertas tugasnya kelebihan satu. Kemudian ia memeriksa bahwa isi kertas tersebut yaitu ''Kesempatanmu hana sampai Minggu malam. Ambil surat-surat itu dan buat seolah terjadi kecelakaan. Kau tidak akan dapat bagian kalau rencana ini gagal''.
Kemudian, Ramzi bertekad ke Teluk Angsan dan diam-diam pergi ke ruang kepala sekolah. Tiba di ruang kepala sekolah, Ramzi heran Pak Yaser diikat di ruang kepala sekolah. Saat itu, Ramzi sedang bengong lau ada yang menepuk pundaknya. Kemudian berbalik dan kaget melihat Pak Irfan dengan senyum licik sambil meminta kameranya. Kemudian Ramzi melangkah mundur untuk menghindari Pak Irfan. Ramzi mengetahui segalanya. Ramzi tidak akan membiarkan Pak Irfan mencuri Teluk Angsan. Sikap Pak Irfan tidak terkendali sehingga berubah menjadi gila. Lalu, Pak Irfan mengeluarkan sesuatu dari sakunya untuk mengambil dirigen dan ditungkan ke buku-buku dan kertas yang berserakan. Pak Irfan menyiram seisin ruangan dengan bensin, tetapi tangan kanannya hanya memercikkan api sama sekali tak menyala. Ia mencoba sekali lagi, tetapi hanya ada percikan api sesaat. Dicobanya sekali lagi, tetapi hanya ada percik kecil yang langsung menghilang. Lagi, dan kali ini api keluar dari mulut korek gas sehingga membuat ruang kepala sekolah terbakar. Pak Irfan tersenyum lebar. Setelah Pak Irfan mengucapkan nama ayah Ramzi, semangat Ramzi langsung membara. Ramzi dan Pak Irfan berkelahi. Ramzi terpental. Kepala Ramzi membentur sudut meja. Pak Irfan memegangi pelipisnya yang luka, darah mengucur menghalangi pandangannya.
Ramzi tersadar bahwa kejadian tersebut membanjiri ingatannya. Ia bingung padahal sebelumnya hanya ada Pak Irfan. Lalu, Pak Lukman memberitahukan bahwa surat tanah tersebut tidak diambil oleh Pak Irfan. Ramzi pikir, Pak Yaser adalah pelakunya namun Pak Yaser telah menyelamatkan Ramzi sehingga ia salah menilai Pak Yaser. Ia bertanya tentang kondisi Pak Yaser. Pak Lukman menjawab bahwa Pak Yaser berada di ruang ICU.
Ruang kepala sekolah dibangun lagi. Tidak ada benda penting yang hilang namun hanya ada kerusakan yang memperbaiki hubngan seluruh penghuni SD Teluk Angsan. Karena kejadian itu, semua orang bekerja sama membangun ruang kepala sekolah yang lebih kokoh. Farid bertanya kepada Ramzi tentang keadaan Dhani. Ramzi menjawab bahwa dia dan Dhani mendapat hukuman, tetapi Dhani mendapat hukuman yang lebih berat karena Bibi Nila sangat marah tentang betapa sombongnya Dhani di sekolah. Ramzi dan sahabatnya berharap SD Teluk Angsan aman dan mendapat guru pengganti yang lebih baik.
Kemudian, Ramzi bertekad ke Teluk Angsan dan diam-diam pergi ke ruang kepala sekolah. Tiba di ruang kepala sekolah, Ramzi heran Pak Yaser diikat di ruang kepala sekolah. Saat itu, Ramzi sedang bengong lau ada yang menepuk pundaknya. Kemudian berbalik dan kaget melihat Pak Irfan dengan senyum licik sambil meminta kameranya. Kemudian Ramzi melangkah mundur untuk menghindari Pak Irfan. Ramzi mengetahui segalanya. Ramzi tidak akan membiarkan Pak Irfan mencuri Teluk Angsan. Sikap Pak Irfan tidak terkendali sehingga berubah menjadi gila. Lalu, Pak Irfan mengeluarkan sesuatu dari sakunya untuk mengambil dirigen dan ditungkan ke buku-buku dan kertas yang berserakan. Pak Irfan menyiram seisin ruangan dengan bensin, tetapi tangan kanannya hanya memercikkan api sama sekali tak menyala. Ia mencoba sekali lagi, tetapi hanya ada percikan api sesaat. Dicobanya sekali lagi, tetapi hanya ada percik kecil yang langsung menghilang. Lagi, dan kali ini api keluar dari mulut korek gas sehingga membuat ruang kepala sekolah terbakar. Pak Irfan tersenyum lebar. Setelah Pak Irfan mengucapkan nama ayah Ramzi, semangat Ramzi langsung membara. Ramzi dan Pak Irfan berkelahi. Ramzi terpental. Kepala Ramzi membentur sudut meja. Pak Irfan memegangi pelipisnya yang luka, darah mengucur menghalangi pandangannya.
Ramzi tersadar bahwa kejadian tersebut membanjiri ingatannya. Ia bingung padahal sebelumnya hanya ada Pak Irfan. Lalu, Pak Lukman memberitahukan bahwa surat tanah tersebut tidak diambil oleh Pak Irfan. Ramzi pikir, Pak Yaser adalah pelakunya namun Pak Yaser telah menyelamatkan Ramzi sehingga ia salah menilai Pak Yaser. Ia bertanya tentang kondisi Pak Yaser. Pak Lukman menjawab bahwa Pak Yaser berada di ruang ICU.
Ruang kepala sekolah dibangun lagi. Tidak ada benda penting yang hilang namun hanya ada kerusakan yang memperbaiki hubngan seluruh penghuni SD Teluk Angsan. Karena kejadian itu, semua orang bekerja sama membangun ruang kepala sekolah yang lebih kokoh. Farid bertanya kepada Ramzi tentang keadaan Dhani. Ramzi menjawab bahwa dia dan Dhani mendapat hukuman, tetapi Dhani mendapat hukuman yang lebih berat karena Bibi Nila sangat marah tentang betapa sombongnya Dhani di sekolah. Ramzi dan sahabatnya berharap SD Teluk Angsan aman dan mendapat guru pengganti yang lebih baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar