Minggu, 15 Desember 2013

Ringkasan Novel II : Dan Surga pun Tersenyum

Penulis            = Satria Nova, dkk.
Penerbit          = Penerbit Noura Books (PT. Mizan Publika)
Tanggal terbit  = Juli 2013
Kategori         = Perjuangan orang yang memiliki kekurangan dalam hidupnya
Tema              = Makna ketulusan dan syukur yang sesungguhnya
Tokoh            = a) Paini
                         b) Nurul
                         c) Roger
                         d) Wak Dullah
                         e) Khilda Baiti R.
                         f ) Aku

Ringkasan      =
     
       Ada seorang ibu penyandang cacat dan mendapat penghargaan Kartini Award bernama Bu Paini. Siang lalu, aku mengunjungi rumahnya di Rawalumbu, Bekasi dan kebetulan ada penyerahan dari Dompet Dhuafa kepada kelompok penyandang cacat yang berada di bawah asuhan Bu Paini, selaku ketua kelompok mitra dampingan Dompet Dhuafa. Setelah itu, aku dan Bu Paini berdiskusi untuk menggali lebih dalam kisah hidupnya. Awalnya bekerja sendiri namun karena kewalahan, ia mencari penyandang cacat lain untuk membantunya. Umumnya, anak-anak mulai masuk sekolah dasar pada usia 7 tahun, tetapi Bu Paini mulai masuk sekolah dasar pada usia 9 tahun. 
      Waktu SD, beliau diejek hingga membuatnya menangis, sedih, dan minder. Setelah tamat SD, beliau bersekolah khusus penyandang cacat Rehabilitation Centrum Prof. DR. Suharso di Solo, tetapi di sana beliau paling normal karena masih ada yang kurang beruntung daripada dirinya. Selepas SMA, beliau ditolak oleh semua perusahaan yang dilamarnya, tetapi karena memaksa perusahaan itu memberikan dispensasi selama 3 hari. Kalau gagal, beliau harus dipecat. Beliau optimis dan akhirnya diterima. Karena ia optimis menjalani hidup, ada lelaki yang jatuh cinta kepadanya dan mengajaknya untuk menikah. Pada saat menjalani hidup berpasangan, suami beliau  mengalami dua kali kecelakaan. Beliau pernah membantu seorang penyandang cacat yang ditelantarkan oleh suaminya dan merawat bayi salah seorang difabel yang tinggal di rumahnya. Oleh karena itu, Bu Paini sebagai wanita dermawan dan mengangkut hak para difabel.
       Di sisi lain, ada seorang anak bernama Nurul. Ia berjuang melawan rasa sakitnya. Rata-rata temannya telah berpulang, tetapi ia tetap berjuang. Pada usia 9 tahun, ia mengalami tumor otak sehingga mengalami gangguan motoris dan ingatan. Tapi saat usia 11 tahun, ia juga mengalami kebutaan. Saat ini, ia menjadi pasien di Dompet Dhuafa dengan Layanan Kesehatan Cuma-Cuma (LKC). Akhirnya, mengalami operasi pengangkatan tumor di kepalanya di Rumah Sakit Kanker Dharmais, Jakarta. Operasi berhasil dan dinyatakan pulih. Penyakit yang dialaminya selama beberapa tahun sudah hilang walaupun ada kebutaan akibat penyakitnya terlalu lama. Akhirnya ia tidak mengalami hilang ingatan lagi dan berat badannya menjadi 45 kg.
        Selain itu, ada seorang anak bernama Roger dengan nama asli Cecep Hidayatullah. Ia bernama Roger karena dulu berjualan rokok. Ia bekerja sebagai pedagang asongan dan rumah kos yang dikelola bersama ibunya. Ia selalu shalat tepat waktu dan hadir dalam acara pengajian di masjid. Pada suatu hari, ia dituduh mencuri saat Shalat Jumat sehingga trauma dan pindah ke masjid lain serta dituduh sebagai pengedar ganja karena berjualan asongan di sekitar kampus. Tetapi, itu tidak menyulutkan optimisnya dalam mencari nafkah di sekitar kampus. Hal yang dapat dipelajari setelah mewawancarai Roger yaitu kesederhanaan, kesabaran, dan perjuangan dan menjalani hidup. Selain itu, optimis berjuang dalam mengejar impian.
         Selanjutnya, ada seorang pelayan masjid bernama Wak Dullah. Beliau adalah pecinta Allah SWT sejati karena beliau merupakan orang pertama yang tiba di masjid dan terakhir pulang dari masjid. Tetapi, pernah ada kejadian lucu yaitu saat beliau berkumandang azan Subuh, padahal saat itu masih pukul dua pagi sehingga beliau meminta maaf karena salah melihat waktu. Aku sangat salut dengan kedisiplinan Wak Dullah karena ia datang ke masjid lebih dulu walaupun rumahnya jauh dari masjid. Sedangkan aku yang rumahnya dekat dari masjid bermalas-malasan kalau perggi ke masjid. Hal yang bisa diambil dari kisah Wak Dullah yaitu keteladanan dan totalitas. Keteladanannya yaitu istiqamah dalam menjaga masjid merupakan hal yang wajib diteladani. Totalitasnya mengabdi di rumah Tuhan menjadikan beliau tak goyah ditelan zaman.
          Berikutnya, ada seorang gadis berjilbab bernama Khilda Baiti Rohmah. Ia seorang gadis yang kreatif tentang sampah. Inspirasinya berasal dari kakek yang mengabdi sebagai pengangkut sampah selama 35 tahun, tetapi kakek itu belum memiliki penghasilan yang cukup karena harus menghidupi istri dan elapan anaknya. Khilda mengawali aksinya pada tahun 2007. Aneka produk sampah mengantarkan Kota Sukabumi sebagai salah satu wilayahunggulan di Jawa Barat dalam hal pengolahan sampah. Berkat pengolahan ini, Sukabumi sukses menyabet Government Award dari Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Selain itu, banyak prestasi yang didapat dari Khilda dalam bentuk pengolahan sampah. Prestasi yang ia dapat membuatnya bersyukur. Ia melakukan hal ini untuk biaya kuliah dan biaya pendidikan kelima adiknya. Kebesaran jiwanya dan keuletannya terinspirasi dari sebuah semangat keimanan. Ia berharap bisa mengembangkan program pengolahan sampah ke semua pelosok daerah Indonesia dan tukang insinyur seperti Doel yang bisa melestarikan lingkungan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar